Beranda | Artikel
Keutamaan Shalat Dhuha
Kamis, 24 Oktober 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Keutamaan Shalat Dhuha adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Kifayatul Muta’abbid wa Tuhfatul Mutazahhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 7 Shafar 1441 H / 06 Oktober 2019 M.

Pembahasan halaman ke-52 pada kitab Kifayatul Muta’abbid wa Tuhfatul Mutazahhid.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Keutamaan Shalat Dhuha

Kita masih melanjutkan pembahasan tentang keutamaan shalat dhuha. dilakukan oleh sahabat Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ، فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ ، وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى

“Setiap pagi wajib bagi setiap anak Adam untuk bersedekah atas setiap persendian yang ada di tubuhnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap ajakan kepada kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah, dan cukup untuk semua sedekah-sedekah tersebut yaitu dua rakaat yang dilakukan ketika shalat dhuha.” (HR. Muslim)

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan seperti hadits ini dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

كل سلامى، أي: كل عظام ومفصل، وأصله عظام الكف والأكرع

Setiap tulang-tulang dan persendian-persendian. Dan asal kata سلامى yaitu tulang jari-jari kaki dan jari jari tangan.

Setiap pagi ada persendian-persendian yang wajib disedekahkan

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam “Setiap pagi ada persendian-persendian yang wajib disedekahkan atau wajib seorang muslim untuk bersedekah atas kesyukuran dari nikmat persendian tersebut.”

Ketika engkau bangun pagi, ingatlah nikmat-nikmat Allah kepadamu atas nikmat persendian-persendian yang bergerak di badan Anda semuanya. Karena seandainya bukan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menggerakkan tulang-tulang tersebut, maka tidak mungkin Anda bisa bangun dari kasur Anda. Dan kita bisa saksikan orang-orang yang sakit, mereka semua tidak bisa untuk bangun karena persendiannya tidak mampu untuk bergerak.

Maka persendian-persendian yang bergerak di badan kita jumlahnya ada 360 persendian. Dan setiap persendian tersebut punya tugas dan gerakan sendiri-sendiri. Dan ini adalah nikmat yang sangat besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib untuk kita syukuri setiap pagi. Ketika kita bisa bangun dengan mudah, menggerakkan tangan kita, menggerakkan kaki kita, menggerakkan anggota badan kita yang lain, kita harus mengingat nikmat yang sangat besar ini. Dalam Shahih Muslim Nabi Sallallahu ‘Alaihi was Sallam bersabda:

إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِي آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلَاثِمِائَةِ مَفْصِلٍ ، فَمَنْ كَبَّرَ اللهَ ، وَحَمِدَ اللهَ ، وَهَلَّلَ اللهَ ، وَسَبَّحَ اللهَ ، وَاسْتَغْفَرَ اللهَ ، وَعَزَلَ حَجَرًا عَنْ طَرِيقِ النَّاسِ ، أَوْ شَوْكَةً أَوْ عَظْمًا عَنْ طَرِيقِ النَّاسِ ، وَأَمَرَ بِمَعْرُوفٍ أَوْ نَهَى عَنْ مُنْكَرٍ ، عَدَدَ تِلْكَ السِّتِّينَ وَالثَّلَاثِمِائَةِ السُّلَامَى ، فَإِنَّهُ يَمْشِي يَوْمَئِذٍ وَقَدْ زَحْزَحَ نَفْسَهُ عَنِ النَّارِ

“Sesungguhnya setiap manusia dari anak Adam diciptakan untuknya 360 persendian, maka barangsiapa yang bertakbir kepada Allah, bertahmid kepada Allah, bertahlil memuji Allah, bertasbih kepada Allah, beristighfar meminta ampun kepada Allah, atau menghilangkan batu dari jalanan, atau menjauhkan duri atau tulang yang berada di jalanan manusia, atau dia mengajak kepada kebaikan atau melarang kepada kemungkaran sebanyak 360 persendian tersebut, maka pada hari itu ia telah menjauhkan dirinya dari neraka.” (HR. Muslim 1007)

Ini adalah makna dari hadits yang kita bacakan tadi. Yaitu setiap pagi persendian kita wajib untuk disedekahkan. Karena setiap terbit matahari, kita harus selalu mengulang-ulang kesyukuran kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat-nikmat tersebut.

Dan disini kita harus diperhatikan bahwasanya persendian-persendian tersebut ketika kita bangun pagi, kita mengingat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat Allah. Sehingga kita bisa menggerakkan anggota badan kita. Dan hendaklah kita waspada, jangan sampai kita menggerakkan anggota badan kita atau persendian untuk hal yang dimurkai dan dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena ini bertentangan dengan kesyukuran kita kepada yang memberi nikmat.

Dan barangsiapa yang mensyukuri nikmat Allah atas persendian-persendian tersebut dengan tidak menggunakannya pada hal-hal yang dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dialah orang yang bersyukur.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Setiap pagi persendian-persendian dari anak Adam harus disedekahkan.” Dalam riwayat lain disebutkan:

كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ

“Setiap pagi yang terbit matahari pada hari tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Yaitu sedekah dituntut untuk kita setiap hari setiap terbit matahari. Kita dituntut untuk mensyukuri Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat persendian-persendian tersebut. Kemudian Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwasanya pintu sedekah ini adalah pintu yang sangat luas dan banyak sekali bentuk-bentuk yang bisa kita lakukan.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, mengajak kepada kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah.” Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memulai dengan tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Dan ini adalah empat kalimat yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana dalam hadits yang shahih Nabi Sallallahu ‘Alaihi was Sallam bersabda:

أَحَبُّ الْكَلَامِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ

“Empat perkataan yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala; 1) Subhanallah, 2) Al Hamdulillah, 3) Laa ilaaha illallah, 4) Allahu Akbar. Tidak mengapa dengan kalimat apapun engkau memulainya.” (HR. Muslim 2137)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwasanya empat kalimat ini adalah sedekah yang paling besar yang seorang hamba bersedekah untuk dirinya sendiri dengan empat kalimat tersebut. Maka setiap kali Anda bertasbih berarti Anda telah bersedekah untuk diri Anda sendiri yang butuh kepada pahala dan ganjaran. Maka janganlah sekali-kali Anda menghalangi diri Anda dari sedekah-sedekah ini. Karena ucapan Subhanallah adalah bentuk sedekah, Alhamdulillah adalah bentuk sedekah, ucapkan AllahuAkbar juga adalah sedekah, Laa Ilaaha Illallah adalah sedekah. Maka banyak dari orang-orang yang diberi taufiq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan mereka dengan bangun shalat fajar, kemudian membaca dzikir-dzikir setelah shalat, kemudian dzikir pagi, kemudian shalat dua rakaat dhuha, maka dengan izin Allah dia telah menaikkan kesyukuran dari nikmat-nikmat persendian tersebut. Dan yang disebutkan dalam hadits ini adalah sekedar permisalan, bukan pembatasan. Maka barangsiapa yang diberi taufiq oleh Allah untuk mensyukuri Allah atas nikmat persendian-persendian tersebut dengan bertasbih, bertahmid, berdzikir dan amalan-amalan yang lainnya, maka Allah akan menjaganya pada hari itu dan Allah akan memberkahinya pada hari tersebut.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Mengajak kepada kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah” Siapa yang Anda perintahkan untuk kebaikan, Anda ajak untuk kepada kemuliaan, perbuatan baik, Anda ajak dia untuk melakukan kebaikan, maka ini adalah sedekah dari Anda untuk orang tersebut. Bahkan seandainya orang yang Anda nasehati tersebut tidak menerima nasihat Anda, bahkan menolak apa yang Anda perintahkan dengan kasar, maka sedekah telah Anda berikan dan telah ditulis untuk Anda sedekah tersebut.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Dan cukup untuk semua hal tersebut seorang shalat dua rakaat dhuha.” Berkata Imam An-Nawawi Rahimahullah, “Kami beri harakat وَيُجْزِي dengan menfatkhakhkan huruf pertama atau juga bisa dengan mendhammahkan. Karena arti mendhammahkan yaitu berarti “cukup”, dan dengan fatkhakh maka dari جزى يجزئ yaitu juga artinya “cukup”.

Inilah Keutamaan Shalat Dhuha

Ini menunjukkan besarnya keutamaan shalat dhuha dan seyogyanya bagi setiap muslim untuk selalu menjaga shalat dhuha ini. Dan jumlahnya paling sedikit dua rakaat sebagaimana telah kita terangkan dan juga menunjukkan bahwasanya keutamaan shalat dhuha ini cukup untuk sedekah-sedekah yang seharusnya kita keluarkan sebanyak anggota persendian kita.

Dan kenapa bahwasanya dua rakaat dhuha ini cukup untuk semua sedekah-sedekah tersebut? Karena ketika kita shalat berarti kita menggerakkan semua persendian-persendian tersebut. Ketika seorang ruku’, sujud, tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berarti dia telah menggerakkan semua persendian tersebut. Dan hadits ini -sebagaimana disebutkan oleh Asy-Syaukani Rahimahullah- menunjukkan bahwasanya besarnya keutamaan shalat dhuha dan disyariatkannya shalat dhuha ini. Dan hal ini juga menunjukkan bahwasanya dua rakaat dhuha ini cukup untuk 360 sedekah. Dan yang demikian itu menunjukkan bahwasanya penting sekali untuk menjaga shalat dhuha ini.

Bab Jumlah Rakaat Shalat Dhuha

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, telah dijelaskan bahwasannya shalat dhuha ini dua rakaat. Dan diriwayatkan oleh sahabat Mu’adzah dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعًا، وَيَزِيدُ مَا شَاءَ اللَّهُ

“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat dhuha empat rakaat dan beliau menambahkan sebanyak apa yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

Juga diriwayatkan oleh Abdurrahman Ibnu Abi Laila, beliau berkata, “Tidak ada seorangpun yang memberitahukanku bahwasanya ia melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat dhuha kecuali Ummu Hani. Karena sesungguhnya dia menceritakan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk ke rumahnya (yaitu rumah Ummu Hani) ketika Fathul Makkah (penaklukan kota Makkah), kemudian beliau shalat 8 rakaat. Aku tidak melihat dia melakukan shalat yang lebih ringan daripada shalat tersebut akan tetapi beliau menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Telah kita jelaskan bahwasanya shalat dhuha ini ada dua rakaat dalam hadits:

وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى

“Dan cukup untuk sedekah-sedekah tersebut seorang shalat dua rakaat di waktu dhuha.”

Dan penulis kitab ini menyebutkan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha dan hadits yang setelahnya yang menunjukkan bahwasanya shalat dhuha ini paling sedikit dua rakaat. Dan setiap seorang menambah jumlah rakaatnya, maka itu lebih baik. Karena ini termasuk shalat sunnah mutlak yang paling sedikit dikerjakan dua rakaat dan semakin banyak rakaatnya maka semakin baik. Jika ia melakukannya empat rakaat maka itu lebih baik, jika ia tambah enam rakaat maka itu lebih baik, dan jika dia lakukan delapan rakaat maka itu lebih baik.

Shalat Dhuha Ketika Waktu Sangat Panas

Al-Qasim bin ‘Auf Asy-Syaibani meriwayatkan bahwasannya Zaid bin Arqam melihat suatu kaum mereka shalat di waktu dhuha maka dia mengatakan, “Tahukah mereka bahwasanya shalat di selain waktu ini lebih afdhal. Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan:

صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

“Shalatnya orang-orang yang banyak bertaubat kepada Allah yaitu ketika waktu yang sangat panas.” (HR. Muslim)

Dan kata الْأَوَّاب yaitu orang yang banyak kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga bisa diartikan orang yang taat atau orang yang banyak bertasbih atau orang yang punya sifat kasih sayang atau orang yang paham.

Kemudian sabda beliau تَرْمُضُ dengan menfatkhakhkan ت  dan mendzammahkan م dan ض , artinya yaitu ketika sepatu-sepatu unta-unta itu terbakar. Yaitu ketika waktu dhuha sudah tinggi dan ketika matahari sudah sangat panas.

Dan waktu dhuha ini adalah waktu yang luas/waktu yang panjang, dimulai dari terbit matahari setinggi tombak (ketika orang melihat dengan matanya). Dan para ulama menjelaskan bahwasanya yang dimaksud di sini adalah sekitar seperempat jam setelah terbitnya matahari. Setelah mulai masuk waktu shalat dhuha dan berakhir ketika matahari berada di atas langit sebelum waktu zawal (tergelincir) atau sedikit sebelum tergelincir. Dan juga para ulama menyebutkan yaitu sekitar seperempat jam sebelum tergelincir matahari.

Dan shalat dhuha ini waktunya ada di antara dua waktu terlarang. Yaitu waktu pas setelah terbit matahari (ini adalah waktu yang terlarang), juga waktu terlarang yang kedua yaitu ketika tergelincir matahari.

Maka jika seseorang ingin shalat dhuha, bisa ia lakukan diawal waktu atau di pertengahan waktu atau di akhir waktunya.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ) disebutkan bahwasannya arti dari الْأَوَّاب adalah banyak kembali kepada Allah. Juga dikatakan maknanya orang yang taat, juga dia mengatakan artinya adalah banyak bertasbih, juga ada yang mengatakan artinya banyak merahmati, kemudian juga ada yang mengatakan artinya orang yang paham. Dan semua pendapat-pendapat ini atau arti-arti ini hampir sama maknanya.

Simak pada menit ke-27:45

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Keutamaan Shalat Dhuha


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47887-keutamaan-shalat-dhuha/